Senin, 28 November 2011

Pesona Kawah Putih di Selatan Bandung

Ada mitos yang mengatakan jika ada yang mendekat ke puncak gunung Patuha, manusia maupun hewan, maka akan mati. Masyarakat sekitar percaya bahwa puncak itu adalah daerah kediaman para Jin. Dengan kata lain, angker.
Adalah Dr. Franz Wilhelm Junghuhn, yang pada tahun 1837 melakukan ekspedisi ilmiah ke puncak gunung ini. Dia bersama peneliti lainnya akhirnya menemukan kawah putih beserta belerangnya, sekaligus menjawab tuntas mitos keangkeran yang ada.
Terlepas dari mitos yang ada, saat ini kawah putih menjadi objek wisata andalan Bandung Selatan. Eksotisme kawah berwarna putih dengan pepohonan yang tandus meninggalkan kesan tersendiri.
Akses menuju kawah putih sangat mudah, hanya sekitar dua jam dari sisi selatan Bandung. Jika anda berasal dari luar kota, keluar di Tol Kopo dan lanjutkan menuju ibukota kabupaten Bandung, Soreang. Dari sana tingal mengikuti petunjuk jalan yang ada. Sepanjang perjalanan pemandangan kawasan  perkebunan teh Rancabali akan memikat anda.
Melihat ke sejarah, Kawah Putih terbentuk akibat letusan besar dari Gunung Patuha pada abad ke-13. Erupsi ini menghancurkan sebagian besar puncak gunung sehingga meninggalkan jejak berupa danau kawah putih.
Masyarakat sekitar mengaku sering melihat sekawanan domba putih di sekitar puncaknya. Domba-domba itu mereka percayai sebagai jelmaan leluhur yang mereka namai domba lukutan. Mitos, anda boleh percaya boleh tidak.
Yang menarik dari kawah putih adalah warna airnya yang berubah-ubah. Terkadang berwarna putih seperti susu, terkadang hijau pucat seperti telur asin, bahkan terkadang kebiruan. Ini mengingatkan saya kepada Danau Kelimutu yang terdapat di Nusa tenggara Timur, hanya memang ukurannya jauh berbeda.


Berjalan-jalan di sekitar Kawah Putih, anda akan merasa seperti di dunia lain. Bagaimana tidak, kita disuguhi pemandangan yang terkesan mistis. Air yang putih, bebatuan putih, serta pohon-pohon yang tanpa daun. Jika kabut sedang turun, rasakan sensasi seperti di dunia lain.
Tetapi meskipun terlihat tandus, suhu disini cukup dingin. Siang hari antara 15-22 derajat celcius. Jika malam hari bisa turun hingga 5 derajat celcius. Perlu diingat bahwa kawah putih berada di puncak gunung patuha dengan ketinggian 2386 mdpl.
Berbicara tentang kawah, Indonesia yang notabene kawasan Pacific Ring of Fire, tentu memiliki kawah aktif terbanyak di dunia. Dengan fakta ini, seharusnya bisa menjadi bahan kampanye pariwisata yang bagus. Apalagi turis-turis petualang mancanegara yang belum tentu mempunyai kawah seindah Indonesia di negaranya.
Jika anda berkunjung ke Bandung, sempatkan untuk berkunjung ke Kawah Putih di Ciwidey, Bandung selatan. Anda juga bisa menikmati indahnya Situ Patengan yang berlokasi tidak jauh dari kawah putih.

sumber :  http://www.adirafacesofindonesia.com/article.htm/187/Pesona+Kawah+Putih+di+Selatan+Bandung

Kamis, 03 November 2011

Rongga Aneh di Permukaan Merkurius

Wahana antariksa Messenger menemukan rongga aneh di permukaan Merkurius, planet terdekat dengan Matahari. Jumlah rongga yang ditemukan wahana antariksa itu cukup banyak, mulai dari yang berdiameter 18 meter hingga hampir 1,6 km, dan kedalaman 18-32 meter.
"Rongga-rongga ini kejutan besar. Kami selama ini berpikir bahwa Merkurius adalah lingkungan konstan, tidak banyak berubah, kecuali akibat tumbukan (komet). Namun, rongga ini tampak lebih muda dari kawah-kawah tempat mereka ditemukan. Jadi, itu menunjukkan bahwa permukaan Merkurius masih mengalami evolusi," kata David Blewett, anggota tim peneliti dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory.
Rongga seperti yang ditemukan di Merkurius sebenarnya juga terdapat di Mars. Perbedaannya, rongga di Mars memiliki warna kekuningan seperti keju, sementara rongga di Merkurius memiliki penampakan yang terang dan menyerupai halo (fenomena pembelokan sinar Matahari oleh partikel uap air di atmosfer). "Kami belum pernah menjumpai hal seperti ini di permukaan batuan," kata Blewett.
Blewett mengatakan, pembentukan rongga itu kini masih teka-teki. Namun, ia mengungkapkan bahwa pembentukannya tidak mungkin diakibatkan oleh angin dan hujan. "Tidak ada atmosfer di Merkurius. Karena itu, angin tidak bertiup dan hujan tidak turun. Jadi, rongga tidak mungkin diakibatkan oleh angin dan air. Pasti ada kekuatan lain yang bekerja," ungkap Blewett.
Karena Merkurius merupakan planet yang terdekat dengan Matahari, Blewett menduga bahwa pembentukan rongga dipengaruhi faktor panas dan cuaca ekstrem. Kuncinya, menurut Blewett, banyak rongga yang memiliki kedekatan dengan gundukan di kawah Merkurius. Gundukan itu diduga terbentuk akibat tumbukan benda langit seperti asteroid yang membentuk kawah. Material yang seolah tergali akibat tumbukan menjadi tidak stabil.
Blewett mencontohkan, "Mineral tertentu, misalnya yang mengandung belerang dan bahan lain yang mudah menguap, akan menguap bila terkena panas, angin Matahari, dan mikrometeroid."
Menurut Blewett, mungkin yang terjadi adalah penguapan sulfur. Ketika sulfur menguap, batuan menjadi lunak dan berpori sehingga mudah tererosi. Peristiwa itulah yang menyebabkan pembentukan rongga.
Penemuan rongga ini membuat ilmuwan berpikir kenbali tentang pembentukan Merkurius. Ada dua kemungkinan, pertama adalah adanya tumbukan di permukaan Merkurius saat planet itu masih berupa embrio, dan kedua adalah penguapan material mudah menguap seperti potasium dan belerang. 


*sumber: http://sains.kompas.com/read/2011/10/26/15571967/Rongga.Aneh.di.Permukaan.Merkurius